Semuanya pasti pernah dengar kata kata diatas, tapi gak semua pernah merasakan.
Tapi setidaknya sekarang angkatan G11 Mekatronika PCR udah ngerasain, right? :)
Sebelumnya memang udah tau, udah selalu dengar, cari duit itu susah, apalagi di zaman sekarang yang menuntut persaingan untuk mendapat sesuap nasi. Tapi untuk merasakan gimana susahnya ngumpulin lembaran rupiah sekedar buat makan sama kehidupan sehari hari, ya baru sekarang ini, walaupun masih simulasinya alias KP.
Biasanya tinggal minta dan uang buat jajan udah disiapkan sama orangtua, gak perlu kerja, gak perlu keringatan, gak perlu juga stres mikirin uang lain lainnya yang perlu dibayar. Satu satunya beban cuma belajar, dan biasanya sebagian besar anak (termasuk aku) merasa itu udah beban terberat seumur hidup. Disuruh nyuci piring aja sering ngeles dengan alasan lagi buat tugas (yang aslinya tugas bisa dikerjakan dalam waktu sejam jadi 5 jam karena diselingi fesbukan,twitteran,dll). Padahal nantinya di kampus juga ngerjain itu tugas, nyontek temen, alasan gak ngerti.
Nyesal? Iya.
Merasa bersalah sama orangtua? he eh :'(
Capek? BANGET.
Biasanya pulang kampus langsung tidur, makanan udah ada, kalau gaada tinggal beli. Pagi pagi berangkat kampus lauk buat makan udah ada, susu udah disediain, malah kadang gak diminum dengan alasan gak sempat padahal emang dasarnya telat bangun. Sekarang? Semua siapin sendiri, kalau gak masak ya gak makan. Kalau malas beres beres ya tidur aja di kamar berantakan kayak kandang kambing. Nyampe rumah sepi, gak ada yang bisa dijahilin, gak ada adek yang bisa disuruh suruh ambil air minum yang sebenernya jaraknya cuma semeter dari aku.
Well.
Semua emang terasa begitu berharga kalau kita udah kehilangan. Semua terasa begitu dekat saat udah jauh.
Tenyata, ini rasanya banting tulang cari duit. Kalau diitung2 gaji pun masih gede jajan yang dikasih orangtua. Kalau jajan abis tinggal minta, gak dikasih setidaknya di rumah masih bisa makan dengan lauk pauk lengkap. Lah kalau sekarang duit habis karena boros? PUASA.
Bersyukurlah kita yang masih punya orangtua.
Bersyukur masih ada tempat berlindung dan kehidupan yang layak.
Bersyukur masih bisa kuliah dengan biaya yang kalau disuruh cari sendiri mungkin gak akan terbayar.
Bersyukur, kita, termasuk kalian yang baca ini, masih punya orangtua baik yang banting tulang untuk beliin kita laptop sehingga aku masih bisa nulis blog ini, dan kalian masih bisa baca blog aku :)
Minggu, 13 Oktober 2013
Selasa, 08 Oktober 2013
Kerja Praktek at PT. Yokogawa Indonesia Week 1
Semester 5 yang dijadwalkan full untuk melaksanakan Kerja
Praktek (KP) bagi mahasiswa Prodi Mekatronika Politeknik Caltex Riau akhirnya
datang juga. Dengan jadwal minimal 4 bulan dan maksimal 6 bulan, kami mulai
melaksanakan KP di instansi-instansi perusahaan untuk menerapkan ilmu yang
sudah kami dapat selama ini.
Nah, kali ini aku akan membagi pengalaman tentang minggu
pertama KP di PT. Yokogawa Indonesia, suka duka dan pengalaman baru yang kami
dapat disini :D
Jauh hari sebelum jadwal KP, aku beserta 3 orang temanku
sudah mengirimkan surat permohonan KP kepada HRD Yokogawa, lengkap dengan
proposal dan CV serta foto. Setelah menunggu kira kira sebulan dan dengan usaha
keras menelpon berulang kali ke Yokogawa, pihak perusahaan akhirnya memutuskan
untuk menerima 2 orang saja dari 4 orang yang kami ajukan. Yah, dengan sangat
terpaksa 2 orang mengalah dan mencari perusahaan lain.
Dalam surat penerimaan yang dikirim via email oleh Ibu
Utami, HRD Yokogawa, kami diharuskan datang 1 hari sebelum jadwal KP efektif.
Itu berarti pada tanggal 30 September kami sudah harus menghadap ke kantor.
Jadilah aku dan Ary, teman sesama KP berangkat tanggal 28 September 2013 menuju
Jakarta. Kami tidak kesulitan mencari kost karena sebelumnya sudah di booking
dengan bantuan senior yang sudah lebih dulu bekerja disana (thanks honey :D).
Kost yang aku tempati terletak di daerah Pancoran Barat, sebuah pemukiman yang
padat dan memang banyak terdapat tempat kost di daerah ini. Penghuni kost an
rata rata pegawai maupun mahasiswa yang kantor atau kampusnya berada di dekitar
Gatot Subroto atau Pancoran.
Pagi hari tanggal 30 September 2013, kami berangkat menuju
Wisma Aldiron (nama gedung kantor Yokogawa) ditemani salah seorang senior
–thanks to bang Nofel- karena ada jalan alternatif untuk sampai ke kantor. Eh,
wisma disini bukan seperti wisma tempat nginap itu ya :D gedung gedung
perkantoran di Jakarta biasa disebut wisma, menara, dll. Kami melewati jalan
pintas melalui asrama AURI (kalau gak salah) karena gedung Yokogawa sendiri
dulunya adalah Markas Besar AURI.
Sampai di kantor, kami diantar ke resepsionis dan menyampaikan
ke petugas resepsionis kalau kami mahasiswa dari Politeknik Caltex Riau yang
diminta datang untuk registrasi KP pada hari itu. Kami diminta menunggu
sebentar di lobby, sampai kemudian Bu Utami datang dan memanggil kami. Kami
dibawa ke ruangan di dalam office untuk diberi pengarahan mengenai peraturan
dan bagaimana prosedur KP di Yokogawa. Kami juga diberi badge sebagai tanda
pengenal bahwa kami mahasiswa KP disini.
Setelah Bu Utami memberi pengarahan,
kami diserahkan ke Mas Kiki, salah satu staff HRD untuk mendaftarkan sidik jari
kami di finger print yang ada di semua pintu masuk ruangan di kantor. Ini
nantinya berfungsi untuk absensi kami setiap hari serta hak akses untuk masuk
ke ruangan di Yokogawa. Karena tidak semua orang bisa masuk ke office Yokogawa,
hanya yang sidik jarinya terdaftar saja yang bisa masuk. Di kampus juga ada
finger print seperti ini, hanya saja dipakai oleh dosen dan staff, tidak
berlaku untuk mahasiswa. Setelah sidik jadi kami terdaftar dan dicoba untuk
absen, kami pun dipersilahkan untuk pulang.
Besok paginya jam 7 kami sudah berangkat ke kantor, dan
sampai di kantor dengan keadaan kantor yang masih sepi. Wah, kecepetan datang
nih, pikirku (yang akhirnya seterusnya di hari lain kami berangkat jam setengah
8 lewat dari kost). Kami menunggu lagi di lobby, kemudian Bu Febri datang,
beliau yang membimbing pegawai baru serta mahasiswa training Yokogawa ini,
sehingga beliau juga yang akan membimbing kami selama KP disini. Kemudian kami
dibawa ke Training Center, aku dikenalkan dengan beberapa karyawan baru yang
sedang berada di Training Center. Untuk selanjutnya aku ditempatkan di bagian
DCS, membantu mbak Tasya –salah satu karyawan baru- untuk menyelesaikan proyek
PT. DSS. Sedangkan Ary dibawa Bu Febri ke workshop untuk menemui Pak Yoyok. Di
Training Center aku diajarkan mengedit grafik proyek PT. DSS, dimana tadinya
memakai Centum CS3000 yang kemudian dimigrasi ke CentumVP. Aku yang masih awam,
apalagi di kampus gak pernah mempelajari tentang Centum, jadi sedikit bingung.
Basic dari Mekatronika yang terbiasa praktek dan “ngulik” benda secara langsung
jelas bertolak belakang dengan bagian ini. Disini selama 2 hari sampai hari
ke 2 KP aku duduk di depan laptop mengerjakan grafik yang bisa sampai ratusan.
Setelah sharing dengan Ary, dia di workshop langsung belajar kalibrasi alat,
dan diberi tugas mengkalibrasi recorder secara langsung. Yah, istilahnya
kerjaannya lebih praktek lah.
Akhirnya hari ke 3 KP, setelah tanya sana sini dan
dimotivasi pacar yang dulunya bernasib sama :p, aku memberanikan diri menemui
Bu Febri. Setelah sebelumnya menelpon Bu Febri dan bilang ada yang ingin
didiskusikan tentang KP, Bu Febri menyuruhku naik ke office atas. Aku pun
keatas menuju meja Bu Febri. Bu Febri yang ramah menyuruh duduk dan menanyakan
ada apa? Aku menyampaikan tentang keinginanku untuk ditempatkan di tempat yang
bekerja langsung, atau yang bisa praktek langsung. Karena selain basic kami
Mekatronika yang memliki jiwa lapangan (cieee),
pada proposal KP juga bidang yang ingin aku kaji adalah Field Engineering
dan Instrument. Setelah menjelaskan semua maksudku, Bu Febri bilang “Saya dari
awal gak mau masukin kamu ke workshop karena kerja di workshop itu bukan
sekedar bermain main dengan alat kalibrasi. Ada saatnya kamu harus ke site, dan
itu berat. Apalagi kalau cewek seringnya sakitlah,inilah. Apa kamu siap?” aku
dengan mantap menjawab siap, dan mengutarakan untuk soal fisik, insya allah
kami sudah terlatih sejak dari kampus (thanks to all Mechatronic’s lecturer :D
didikan keras baik mental maupun fisik yang diterapkan di kampus selama ini
sangat terasa gunanya di dunia kerja).
Bu Febri pun menyetujui permintaan ini,
dan meminta untuk menunggu karena beliau harus mencarikan pembimbing lain
untukku. Aku pun kembali ke Training Center. Tapi tak lama kemudian, Bu Febri
menelpon dan menyuruhku kembali keatas. Sampai diatas aku dikenalkan dengan Pak
Adit, Specialist Analyzer Yokogawa. Pak Adit menanyakan apa aku siap dibawa ke
lapangan, takut ketinggian gak?ada penyakit gak? Yah alhamdulillah aku gak
punya fobia ketinggian dan menyatakan sanggup dibawa ke lapangan.
Ternyata, Pak Adit juga sering bertugas dengan bang Ari
–pacarku :D yang udah setahun di Yokogawa-, bahkan baru sehari yang lalu pulang
dari Dumai menyelesaikan proyek di Pertamina dengan bang Ari. Wah pas nih,haha. Kami nantinya bisa sharing
tentang proyek analyzer dan ilmu ilmu tentang analyzer lainnya. Hari itu
sebenarnya Pak Adit ada proyek pemasangan Oxygen Analyzer di Tangerang, tapi
beliau memastikan dulu apakah ada diberi transportasi dari kantor jika aku
ingin ikut. Karena tempat tinggal beliau di Tangerang, jadi selesai proyek
nantinya gak bisa mengantarkan kembali ke Jakarta. Dan alhamdulillah, ada
driver yang nanti bisa menjemput untuk kembali ke Jakarta.
Siang itu juga jam 12.30 kami berangkat
ke PT. Tifico Fiber Indonesia, Tangerang. Ini keuntungannya KP di Yokogawa,
kita bukan hanya diberi training secara teori, tapi juga diterjunkan ke
lapangan dan berhadapan langsung dengan costumer yang memakai alat dari
Yokogawa. Costumer kali ini adalah PT. Tifico yang memproduksi kapas dan benang
fiber. Tifico ini menggunakan Oxygen Analyzer dari Yokogawa pada boiler boiler
di pabrik mereka. Oxygen Analyzer ini fungsinya untuk memantau kadar pollutan
yang dilepaskan ke udara dan mengefisienkan pembakaran sehingga tidak terjadi polusi udara. Karena menurut undang undang dan berdasarkan peraturan CEMS
(Continous Emission Monitoring System) jika kadar pollutan yang dikeluarkan
oleh suatu pabrik mengganggu masyarakat dan menyebabkan polusi, maka pabrik tersebut
dapat terancam berhenti beroperasi.
Penginstallan alat selesai
sekitar jam 4 sore, setelah laporan selesai dan ditandatangani oleh costumer,
maka pekerjaan hari itu selesai. Well, karena Pak Adit langsung pulang ke
rumahnya yang gak terlalu jauh dari pabrik Tifico, maka aku dijemput Pak
Mahfud, salah satu driver kantor. Aku diantarkan pulang sampai ke depan jalan
masuk kost. Dan sampai di kost sekitar jam 7 malam. Capek? Jelas. Tapi ini pengalaman
berharga bisa langsung ikut andil dalam proyek perusahaan dalam minggu pertama
KP. Semoga ke depannya makin banyak ilmu yang bisa didapat di perusahaan ini,
amiin.
Langganan:
Postingan (Atom)